Senin, 23 Mei 2011

GRAFOLOGI


Membaca kepribadian lewat tulisan tangan (grafologi)

Setiap tulisan yang di buat oleh seseorang mencerminkan kepribadian orang tersebut.. Teknik ini di namakan Grafologi.
Dan tentu nya butuh pembelajaran untuk mengerti.
Bagaimanakah cara membaca nya? Mungkin sebagian dari teman teman ingin tahu kepribadian orang dari gaya menulisnya..

Grafologi adalah ilmu yang mempelajari karakter seseorang dengan cara menganalisa tulisan tangannya, buku pertama tentang grafologi ditulis oleh Camillo Baldi, seorang dokter asal Itali pada tahun 1622. Tahun 1872, Jean Michon menerbitkan bukunya yang menjadi buku pokok grafologi pada saat itu. Tak lama kemudian, universitas universitas di Eropa mulai memberi gelar Ph.D. atau Master di bidang ini.
Ada dua metode untuk menilai karakter dan kepribadian lewat ilmu ini, yaitu teknik Jerman dan teknik Perancis. Metode Jerman dengan cara melihat secara keseluruhan tulisan seseorang. Sedangkan pada teknik Perancis cenderung menganalisa per huruf lalu digabungkan. Seorang pemula biasanya mempelajari teknik Perancis terlebih dahulu.
Menurut riset, keakuratan analisa grafologi mencapai 80-90%.
Beberapa sifat yang bisa dilihat lewat tulisan seseorang:
1. Arah kemiringan huruf
Ke kanan = ekspresif, emosional
Tegak = menahan diri, emosi sedang
Ke kiri = menutup diri
Ke segala arah dalam 1 kalimat = tidak konsisten
Ke segala arah dalam 1 kata = ada masalah dengan kepribadiannya
2. Bentuk umum huruf-huruf
Bulat atau melingkar = alami, easygoing
Bersudut tajam = agresif, to the point, energi kuat
Bujursangkar = realistis, praktek berdasar pengalaman
Coretan tak beraturan = artistik, tidak punya standar
3. Huruf-huruf bersambung atau tidak
Bersambung seluruhnya = sosial, suka bicara dan bertemu dengan orang banyak
Sebagian bersambung sebagian lepas = pemalu, idealis yang agak sulit membina hubungan (terlebih hubungan spesial).
Lepas seluruhnya = berpikir sebelum bertindak, cerdas, seksama
4. Spasi antar kata
Berjarak tegas = suka berbicara (mungkin orang yang selalu sibuk?)
Rapat/Seolah tidak berjarak = tidak sabaran, percaya diri dan cepat bertindak
5. Jarak vertikal antar baris tulisan
Sangat jauh = terisolasi, menutup diri, bahkan mungkin anti sosial
Cukup berjarak sehingga huruf di baris atas tidak bersentuhan dengan baris di bawahnya = boros, suka bicara
Berjarak rapat sehingga ujung bawah huruf ‘y’, ‘g’, menyentuh ujung atas huruf ‘h’, ‘t’ = organisator yang baik

6. Interpretasi huruf ‘t’

Letak palang (-) pada kail ‘t’
- Cenderung ke kiri = pribadi waspada, tidak mudah percaya
- Tepat di tengah = pribadi yang kurang orisinil tapi sangat bertanggung jawab
- Cenderung ke kanan = pribadi handal, teliti, mampu memimpin
Panjang kail ‘t’ menunjukkan kemampuan potensial untuk mencapai target.
Tinggi-rendah palang (-) pada kail ‘t’
- Rendah = setting target lebih rendah dari kemampuan sebenarnya (kurang percaya diri atau pemalas)
- Tinggi = setting target tinggi tapi juga diimbangi oleh kemampuan
- Di atas kail = setting target lebih tinggi dibanding kemampuan
7. Arah tulisan pada kertas
Naik/menanjak = energik, optimis, tegas
Tetap/lurus = perfeksionis, sulit bergaul
Turun = seorang yang tertekan atau lelah, kemungkinan menutup diri
8. Tekanan saat menulis
Makin kuat tekanan, makin besar intensitas emosional penulisnya.
9. Ukuran huruf
Makin kecil huruf yang ditulis, maka makin besar tingkat konsenterasi si penulis, begitu pula sebaliknya.
10. Sedikit tentang huruf “O”
- Adanya rahasia ditunjukkan oleh lingkaran kecil pada huruf “O”
- Kebohongan ditunjukkan oleh lingkaran huruf “O” yang mengarah ke kanan
___________--
Dikutip dari berbagai sumber

MOMENTUM YANG MERUBAH SEGALANYA (based on true story)




Tiap orang pasti mempunyai momentum perubahan dalam hidupnya. Momentum yang menjadikannya sebagai titik balik tolakan dalam melakukan perubahan. Momentum tersebut bagaikan cambuk yang memaksa dirinya melakukan perubahan. Biasanya  momentum ini berupa kejadian atau peristiwa mengharukan. Seorang perokok berat akan memutuskan berhenti merokok saat ia terkapar di rumah sakit dalam keadaan kritis karena kerusakan paru-paru yang dialaminya.
Momentum ini dapat terjadi pada segi kehidupan  apapun, termasuk dalam hal berkendara. Tiap orang mempunyai pengalaman berbeda mengenai berkendara yang sangat berpengaruh terhadap keahlian mengemudi kendaraan. Termasuk diri saya yang memiliki pengalaman menarik yang menjadikan momentum perubahan dalam kebiasaan berkendara.
Saya mulai belajar menyetir sepeda motor sejak kelas enam SD, dan saat SMP sudah mahir dalam mengemudi. Sejak saat itu saya pun mulai diandalkan untuk mengantarkan Bapak atau Ibu kemana-mana. Saya sudah terbiasa bepergian jarak jauh walaupun belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Saya menilai diri saya sebagai pengendara yang lihai, memiliki keahlian yang baik dan reflex yang baik pula. Terbukti sampai saat ini saya belum mengalami kecelakaan yang diakibatkan kecerobohan diri saya sendiri. Dalam berkendara, saya adalah orang yang gak mau ribet dengan segala perlengkapan seperti help, jaket, dan sepatu. Hal itu tidak harus saya pakai selama saya bisa hati-hati dan waspada dalam mengendarai sepeda motor.
Namun pada suatu hari, ketika saya sedang asik-asiknya bermain bersama keponakan-keponakan saya di rumah. Tiba-tiba telpon genggam saya berbunyi tanda pesang singkat masuk. Saya begitu terkejut ketika membaca pesan yang isinya memberitahu saya bahwa sahabat terbaik saya di kampus mengalami kecelakaan pada tengah malam itu dan mengalami luka serius di bagian wajah dan memar-memar di bagian dada dan kakinya. Saat itu ia di bawa ke Rumah Sakit Islam Jakarta di Pondok Kopi. Tanpa berpikir panjang lagi saya langsung berbegas ke rumah sakit untuk mengetahui keadaan sahabat saya tersebut. Sesampainya di sana saya langsung menuju ruang tempat rawat inap, sedih rasanya melihat tubuh sahabat saya terbaring dengan wajah masih berlumuran darah kering dan baju yang belum sempat diganti. Masih terbayang gelak tawa, senda gurau kami kemarin siang di kampus sebelum berpisah pulang sore hari.
Ternyata ia tidak langsung pulang ke rumah malam itu, ia mampir ke rumah kakak kelasnya untuk menyelesaikan tugasnya hingga larut malam. Setelah selesai pada pukul 23.30 tengah malam ia nekat pulang ke rumahnya di daerah cakung Jakarta Timur walaupun kondisi tubuhnya sudah sangat letih. Saat di tengah perjalanan tepatnya di jalan I Gusti Ngurah Rai dekat stasiun kelender tanpa disadari matanya terpejam karena mengantuk. Begitu tersadar ia sudah tergeletak di pinggir jalan yang sangat sepi itu dengan merasakan nyeri di bagian wajah, ketika ia memegang wajahnya yang berlumuran darah itu ia baru menyadari bahwa saat itu ia baru saja terjatuh dan wajahnya yang hanya di lindungi helm half face tidak mampu melindunginya saat berbenturan dengan trotoar jalan, motornya pun ringsek. Sambil menahan sakit, ia berharap ada seseorang yang datang menolong. Akhirnya ada mobil patroli yang melintas segera membawanya ke rumah sakit terdekat.
Sejak pagi hingga malam saya menemaninya di ruang rawat inap, sambil menunggu hipotesis dokter mengenai luka-lukanya. Rasa haru ketika melihat Ibundanya tak henti-hentinya meneteskan air mata melihat anak sulungnya terkapar di tampat tidur. Saya pun berulang kali menghiburnya agar ia sedikit merasa tenang. Setlah lama menunggu akhirnya dokter pun datang memberitahukan hasil pemeriksaannya. Ternyata ia mengalami patah tulang hidung, dan rahang bagian bawahnya terlepas namun masih untung tidak ditemukan luka dalam yang serius di bagian kepala.
Keesokan harinya sahabat saya melakukan operasi ringan untuk pemasangan pen dan kawat gigi untuk menyatukan kembali tulang rahangnya. Kawat gigi itu dibuat mengunci mulutnya sehingga ia tidak bisa membuka mulut, hal itu dilakukan selama dua bulan lebih sampai tulang rahangnya menyatu kembali. Selama dua bulan itu pula ia harus makan makanan yang di haluskan dengan blender.
Peristiwa ini lah yang menjadi momentum bagi diri saya dalam berkendara. Sejak saat itu saya memperhatikan perlengkapan berkendara yang menunjang keamanan bagi diri sendiri. Saya selalu memakan jaket, sepatu dan tak lupa memakai  helm yang berstandar nasional demi keselamatan walaupun harus merogoh kocek lebih. Serta lebih berhati-hati lagi dalam berkendara. Saya tidak ingin kejadian itu menimpa diri saya dan membuat Ibu dan Bapak saya sedih karenanya.

                 ------------------------------------------ selesai ---------------------------------------------